Jenis produk makanan saat ini diproduksi tidak hanya memperhatikan zat gizi yang terkandung, melainkan juga mensiasati bagaimana jenis makanan yang dikemas, mudah disajikan, praktis, atau diolah dengan cara modern. Makanan tersebut umumnya diproduksi oleh industri pengolahan pangan dengan teknologi tinggi dan memberikan berbagai zat aditif untuk mengawetkan dan memberikan cita rasa bagi produk tersebut. Makanan siap saji contohnya berupa lauk pauk dalam kemasan, mie instan, nugget, atau juga corn flakes sebagai makanan untuk sarapan.
Zat aditif adalah bahan kimia yang dicampurkan ke dalam makanan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas, menambahkan rasa dan memantapkan kesegaran produk. Salah satu zat tambahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan nilai dan kualitas produk adalah pengawet. Pengolahan (pengawetan) dilakukan untuk memperpanjang umur simpan (lamanya suatu produk dapat disimpan tanpa mengalami kerusakan) produk pangan. Proses pengolahan apa yang akan dilakukan, tergantung pada berapa lama umur simpan produk yang diinginkan, dan berapa banyak perubahan mutu produk yang dapat diterima. Berdasarkan target waktu pengawetan, maka pengawetan dapat bersifat jangka pendek atau bersifat jangka panjang (Syamsir, 2008).
A. PENGAWET
Food Additive atau Bahan Tambahan Pangan (BTP) adalah bahan atau campuran bahan yang secara alami BUKAN merupakan bagian dari bahan
Didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/88 dijelaskan bahwa BTP adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan tambahan khas makanan, mempunyai atau tidak mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk maksud teknologi pada pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan atau pengangkutan makanan untuk menghasilkan atau diharapkan menghasilkan suatu komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari BTP sudah digunakan secara oleh masyarakat, termasuk dalam pembuatan makanan jajanan. Dalam prakteknya masih banyak produsen pangan yang menggunakan bahan tambahan yang beracun atau berbahaya bagi kesehatan yang sebenarnya tidak boleh digunakan dalam makanan. Hal ini disebabkan karena ketidaktahuan produsen pangan, baik mengenai sifat-sifat dan keamanan maupun mengenai peraturan tentang BTP. Karena pengaruh terhadap kesehatan umumnya tidak langsung dapat dirasakan atau dilihat, maka produsen seringkali tidak menyadari penggunaan BTP yang tidak sesuai dengan peraturan (Anonim, 2001).
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis). Pengawet penggunaannya sangat luas, hampir seluruh industry mempergunakannya termasuk industri farmasi, kosmetik, dan makanan.
B. PENGGUNAAN BAHAN PENGAWET
Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman atau peruraian yang disebabkan oleh mikroba. Tetapi tidak jarang produsen pangan menggunakannya pada makanan yang relatif awet dengan tujuan untuk memperpanjang masa simpan atau memperbaiki tekstur.
Penggunaan pengawet dalam makanan harus tepat, baik jenis maupun dosisnya. Suatu bahan pengawet mungkin efektif untuk mengawetkan makanan tertentu, tetapi tidak efektif untuk mengawetkan makanan lainnya karena makanan mempunyai sifat yang berbeda-beda sehingga mikroba perusak yang akan dihambat pertumbuhannya juga berbeda.
Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut:
- Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun tidak patogen.
- Memperpanjang umur simpan pangan.
- Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan.
- Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
- Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
- Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
- Memberi arti ekonomis dari pengawetan (secara ekonomis menguntungkan).
- Digunakan hanya apabila cara-cara pengawetan yang lain tidak mencukupi atau tidak tersedia.
- Memperpanjang umur simpan dalam pangan.
- Tidak menurunkan kualitas (warna, cita rasa, dan bau) bahan pangan yang diawetkan.
- Mudah dilarutkan.
- Menunjukkan sifat-sifat anti mikroba pada jenjang pH bahan pangan yang diawetkan.
- Aman dalam jumlah yang diperlukan.
- Mudah ditentukan dengan analisis kimia.
- Tidak mneghambat enzim-enzim pencernaan.
11. Mudah dikontrol dan didistribusikan secara merata dalam bahan pangan.
12. Mempunyai spektra antimikroba yang luas yang meliputi macam-macam pembusukan oleh mikroba yang berhubungan dengan bahan pangan yang diawetkan.
Sifat bahan pengawet selain dapat mencirikan bahan pengawet yang bersangkutan, ternyata juga diperlukan untuk menentukan cara penggunaan bahan pengawet terutama sifat kelarutannya. Penambahan bahan pengawet dalam bahan pangan dapan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pencampuran, pencelupan, penyemprotan, pengasapan, dan pelapisan pada pembungkus pangan.
Pengawet yang banyak dijual di pasaran dan digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan adalah benzoat, yang umumnya terdapat dalam bentuk natrium benzoat atau kalium benzoat yang bersifat lebih mudah larut. Benzoat sering digunakan untuk mengawetkan berbagai makanan dan minuman seperti sari buah, minuman ringan, saus tomat, saus sambal, jeli dan jeli, manisan, kecap, dan lain-lain (Anonim, 2001).
C. JENIS-JENIS BAHAN PENGAWET
Beberapa bahan pengawet yang umum digunakan dan jenis makanan serta batas penggunaannya pada makanan terdiri dari bahan-bahan organik dan anorganik. Bahan-bahan organik diantaranya:
- Asam Benzoat dan garamnya yaitu bahan yang digunakan untuk mengawetkan minuman ringan dan kecap (600 mg,/kg), serta sari buah, saus tomat, saus sambal, jem dan jeli, manisan, agar, dan makanan lain (1 g/kg) (Anonim, 2001).
- a. Asam Benzoat, berbentuk hablur atau jarum putih, sedikit berbau benzaldehid atau benzoin. Agak mudah menguap pada suhu hangat dan mudah menguap dalam uap air. Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, mengalami disosiasi tergantung pada pH mediumnya. Sifat yang tidak terdisosiasi inilah yang mempunyai efektivitas sebagai pengawet (Cahyadi, 2006).
- b. Natrium Benzoat, berupa granul atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau dan stabil di udara. Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan lebih mudah larut dalam etanol 95 %, bentuk aktifnya sebagai pengawet sebesar 84,7 % pada pH 4,8 (Cahyadi, 2006).
- c. Kalium Benzoat, kristal larut air dan alkohol dan efektivitas sebagai pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
- d. Kalsium Benzoat, kristal yang larut dalam air dan alkohol. Dalam air padat pada suhu 25oC larut sebesar 40 g/L dengan efektivitas sebagai pengawet pada pH 4,2 (Cahyadi, 2006).
- 2. Ester para-hidroksi benzoat
- Metil para-hidroksi benzoat, berupa hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa terbakar. Sukar larut dalam air air, benzen, CCl4, namun mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Betuk aktif sebagai pengawet 87,4 % pada range pH 8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC dengan bentuk yang aktif sebagai pengawet adalah 87,4 %
- Propil para-hidroksi benzoat, hablur kecil atau serbuk serbuk dan tidak berwarna. Sangat sukar larut air, mudah larut dalam etanol dan dalam eter dan sukar larut dalam air mendidih. Bentuk aktif sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5. Garam natriumnya mudah larut dalam air pada suhu 25oC, bentuk aktif sebagai pengawet adalah 89,1 % pada range 8,5 (Cahyadi, 2006).
- Asam Propionat dan bentuk garamnya, yaitu bahan pengawet untuk roti (2 g/kg) dan keju olahan (3 g/kg) (Anonim, 2001).
- Asam Sorbat dan garamnya, yaitu bahan pengawet untuk margarin, pekatan sari buah, dan keju (1 g/kg) (Anonim, 2001).
- Asam propionat, berupa serbuk putih yang mudah larut dalam air, sukar larut dalam alkohol, dan tidak larut dalam minyak. Bagian aktif yang sebagai pengawet sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
- Natrium propionat, berupa serbuk putih, larut dalam alkohol, kloroform, dan eter. Bagian yang aktif sebagai pengawet sebesar 77,1 % pada range pH 4,9.
- Kalium propionat, berupa serbuk putih dan larut dalam alkohol, kloroform, dan eter serta aktif sebagai pengawet pada range pH 4,9 (Cahyadi, 2006).
- Asam sorbat, berupa serbuk hablur putih, mengalir bebas dan baunya khas. Sukar larut dalam air serta larut dalam etanol dan dalam eter.
- Natrium sorbat, berbentuk bubuk berwarna putih, larut dakam air dan tidak larut dalam alkohol dan minyak. Bentuk aktif sebagai pengawet 83,6 % pada pH 4,8.
- Kalium sorbat, berbentuk kristal putih atau bentuk tepung dengan bau yang khas. Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, kelarutannya bertambah dengan bertambahnya suhu (Cahyadi, 2006).
- Berikut ini komposisi atau struktur kimia yang mempunyai aktivitas sebagai bahan pengawet pangan yang termasuk jenis senyawa organik dan garamnya terlihat pada tabel di bawah ini:
Nama Pengawet
|
Struktur Kimia
|
Rumus Molekul
|
Asam Benzoat
|
|
C7H6O2
|
Natrium Benzoat
|
|
C7H5NaO2
|
Kalium Benzoat
|
|
C7H5KO2
|
Kalsium Benzoat
|
|
(C7H5O2)Ca
|
Asam Sorbat
|
|
C6H8O2
|
Natrium Sorbat
|
CH3-CH=CH-CH=CH-COONa
|
C6H7NaO2
|
Kalium Sorbat
|
CH3-CH=CH-CH=CH-COONa
|
C6H7KO2
|
Asam Propionat
|
CH3-CH2-COOH
|
C3H6O2
|
Kalium Propionat
|
CH3-CH2-COOK
|
C3H5KO2
|
Natrium Propionat
|
CH3-CH2-COONa
|
C3H5NaO2
|
Metil-p-hidroksi benzoat
|
|
C8H8O3
|
Propil-p-hidroksi benzoat
|
|
C10H12O3
|
Etil-p-hidroksi-benzoat (etil paraben)
|
|
C9H10O3
|
- Nitrit (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrit) dan nitrat (dalam bentuk garam kalium/natrium nitrat), yaitu bahan pengawet untuk daging olahan atau yang diawetkan seperti sosis (125 mg nitrit/kg atau 500 mg nitrat/kg), korned dalam kaleng (50 mg nitrit/kg), atau keju (50 mg nitrat/kg) (Anonim, 2001). Berbentuk granul berwarna putih, kelarutan (g/100 ml): kebanyakan digunakan dalam bentuk garamnya dan mudah larut dalam air sedangkan sedikit larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
- Sulfit (dalam bentuk garam kalium atau natrium bisulfit atau metabisulfit), yaitu bahan pengawet untuk potongan kentang goreng (50 mg/kg), udang beku (100 mg/kg), dan pekatan sari nenas (500 mg/kg) (Anonim, 2001). Bentuk garam sulfitnya berbentuk granul dan atau Kristal berwarna putih, agak sukar larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Sedangkan bentuk garam bisulfitnya mudah larut dalam air (Kalium Bisulfit) dan tidak larut dalam alkohol (Cahyadi, 2006).
Pengawet
|
Rumus Molekul
|
Kelarutan (gr/100ml)
|
Bentuk
|
Warna
|
pKa
|
||
Air
|
Alkohol
|
Minyak
|
|||||
Sulfur dioksida
Natrium sulfit
Kalium sulfit
Natrium bisulfit
Kalium bisulfit
Natrium metabisulfit
Kalium metabisulfit
Kalium nitrat
Natrium nitrat
Kalium nitrit
Natrium nitrit
|
SO2
Na2SO3
K2SO3
NaHSO3
KHSO3
Na2S2O5
K2S2O5
KNO3
NaNO3
KNO2
NaNO2
|
-
25
23,5
28,5
Mudah larut
Mudah larut
Mudah larut
35,7
90.9
Mudah
66,6
|
-
Sedikit
-
1,4
Tidak larut
Sedikit larut
Tidak larut
0,16
0,8
Sedikit
Sedikit
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
-
-
Granula
Kristal
Kristal
Kristal/ bubuk
Kristal/ bubuk
Kristal
Bubuk
Granula
Granula
|
-
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
Putih
-
Putih
Putih
|
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
|
- Efek Terhadap Kesehatan
Tujuan utama dari pengujian jangka panjang terhadap toksisitas bahan tambahan makanan adalah untuk menentukan potensi karsinogenik suatu bahan atau senyawa, tetapi harus didukung pula dengan pengujian jangka pendek. Konsentrasi bahan pengawet yang diizinkan oleh peraturan bahan pangan sifatnya dalah penghambatan dan bukannya mematikan organisme-organisme pencemar. Jumlah bahan pengawet yang diizinkan akan mengawetkan bahan pangan dengan muatan mikroorganisme yang normal untuk satu jangka waktu tertentu tetapi kurang efektif jika dicampurkan ke dalam bahan-bahan pangan membusuk atau terkontaminasi secara berlebihan.
- Bahan pengawet organik
- Asam benzoat dan garamnya (Ca, K dan Na)
- Asam sorbat dan garamnya
- Asam propionat dan garamnya
- Ester dari asam benzoat (paraben)
- Bahan pengawet anorganik
Bahan Pengawet
|
Produk Pangan
|
Pengaruh terhadap Kesehatan
|
Sulfur dioksida
(SO2) |
Sari buah, cider, buah kering,
kacang kering, sirup, acar
|
Dapat menyebabkan pelukaan lambung,
mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi
|
K-nitrit
|
Daging kornet, daging kering, daging
asin, pikel daging
|
Nitrit mempengaruhi kemampuan sel darah
untuk membawa oksigen, menyebabkan
kesulitan bernafas dan sakit kepala,
anemia, radang ginjal, muntah
|
Na-metasulfat
|
Produk roti dan tepung
|
Alergi kulit
|
a Kemungkinan jumlah paparan bahan pengawet pada konsumen sebagai akibat mengkonsumsi produk pangan yang bersangkutan.
b Pengaruh kumulatif bahan pengawet dalam diet.
c Potensi toksisitas (termasuk penyebab kanker) bahan pengawet ketika tertelan oleh manusia atau binatang.
d Namun demikian perlu diperhatikan hal-hal penting dalam menggunakan bahan tambahan pangan pengawet adalah :
e Pilih pengawet yang benar/yang diijinkan untuk dalam pangan serta telah terdaftar di Badan
f Bacalah takaran penggunaannya pada penandaan/label.
g Gunakan dengan takaran yang benar sesuai petunjuk pada label.
h Membaca dengan cermat label produk pangan yang dipilih/dibeli serta mengkonsumsinya secara cerdas produk pangan yang menggunakan bahan pengawet (Anonim, 2008).
http://apotikmakassar.wordpress.com/2012/01/13/bahan-tambahan-makanan-pengawet/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar