Protein adalah senyawa
organik kompleks dengan BM tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul
protein mengandung karbon,
hidrogen, oksigen, nitrogen dan
kadang kala sulfur
serta fosfor.
Protein merupakan salah satu dari biomolekul
raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang
merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah
satu molekul
yang paling esensial dalam tubuh manusia karena merupakan salah satu
makronutrien yang sangat dibutuhkan.
Metode Kjeldahl merupakan metode untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang
sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan
alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam
larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini telah banyak
mengalami modifikasi. Metode ini cocok digunakan secara semimikro, sebab hanya
memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang sedikit dan waktu analisa yang
pendek.
Prinsip analisis cara Kjeldahl adalah bahan
didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida
atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi dengan bantuan
indikator. Metode Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara,
yaitu cara makro dan semimakro. Kekurangan cara analisis ini adalah bahwa
purina, pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatin, dan kreatinin
ikut teranalisis dan terukur sebagai nitrogen protein. Bahkan melamin yang
beberapa waktu lalu sempat menggemparkan publik juga dapat teridentifikasi
sebagai protein karena memiliki atom N dalam senyawanya.
Analisis nitrogen dan protein dapat digolongkan menjadi dua
metode, yaitu: Metode konvensional, yaitu metode Kjeldahl (terdiri dari
destruksi, destilasi, titrasi), titrasi formol. Digunakan untuk protein tidak
terlarut. Metode modern, yaitu metode Lowry, metode spektrofotometri visible,
metode spektrofotometri UV. Digunakan untuk protein terlarut. Dalam praktikum
ini kami menggunakan Metode Kjeldahl.
Metode ini merupakan metode yang
sederhana untuk penetapan nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa
yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis
dengan katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pembebasan alkali dengan kuat, dan amonia yang terbentuk disuling
dengan uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan
dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga
tahapan yaitu :
- Tahap destruksi
Pada
tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
pemecahan menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi
CO, CO2 dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah
menjadi (NH4)2SO4. Untuk mempercepat proses
destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran Na2SO4
dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4
atau CuSO4. Dengan penambahan katalisator tersebut titik didih asam
sulfat akan dipertinggi sehingga destruksi berjalan lebih cepat.
2.
Tahap destilasi
Pada
tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3)
dengan penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Supaya selama destilasi
tidak terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung
gas yang besar maka dapat ditambahkan logam Seng (Zn). Ammonia yang dibebaskan
selanjutnya ditangkap oleh HCl atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebih
dan terukur. Supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan
ujung tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam larutan asam. Untuk
mengetahui asam dalam keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG +
MR atau PP.
3.
Tahap titrasi
Apabila
penampung destilat digunakan HCl maka sisa HCl yang bereaksi dengan ammonia
dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai dengan tepat
perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30 detik
bila menggunakan indikator PP.
%N
= × N. NaOH × 14,008 × 100%
Apabila
penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan HCl 0,1 N
dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
larutan dari biru menjadi merah muda.
%N
= × N.HCl × 14,008 × 100 %
Setelah
diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu
faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada
persentase N yang menyusun protein dalam suatu bahan.
Hasil
akhir inilah yang dihitung sebagai kadar protein total dalam bahan makanan
tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar